Tongkol

Dahulu kala…..

Ada Sepasang suami istri penganten baru tengah menanti momongan.

Tapi Mereka agak resah juga dengan kondisi ekonominya yang tidak kunjung membaik.

dan Ingin sekali mereka menjadi kaya, sehingga bisa menyekolahkan anaknya kelak.


Lama Setelah berunding dengan istrinya, akhirnya sepakat kalau si suami akan berangkat menemui kakek bertuah di suatu tempat yang konon bisa menolong. Namanya kakek Balangantrang.
Pagi-pagi benar sang suami – sebut saja Badrun sudah pamit dengan tekad dan semangat menggebu. Bayangan indah menjadi kaya tak pernah lepas dari benaknya.

Dalam perjalanan….

Setiap kali merasa ragu maka ia bertanya pada orang yang ditemuinya mengenai kampung yang ia tuju. Akhirnya dia pun sampai ke lereng bukit yang tidak ada rumah penduduknya. Tak satupun orang dilihatnya. Tapi ia terus berjalan mendaki bukit yang sunyi itu demi keinginannya – demi istri dan calon anaknya nanti.

Di persimpangan jalan setapak muncullah seorang kakek yang sudah tua sekali. Rambut dan janggutnya yang panjang putih berkilau. Sorot matanya tajam berwibawa. Maka Badrun pun bertanya,
“Kek, rumahnya kakek Balangantrang di mana ya ? Barangkali Kakek tahu ?..”
“Kamu siapa ? Dari mana ? Dan mau apa ketemu dia ? “, kakek tua itu balik bertanya.
“Saya Badrun, Kek … Mau minta tolong pada Kakek Balangantrang. Saya datang dari jauh…Saya ini orang susah, sepanjang hidup saya selalu susah. Kata orang, Kakek Balangantrang bisa nolong saya ..”
“Mau langsung jadi kaya maksudmu ?!!! “, si Kakektua itu menjawab sambil membentak.
“I..Iya..Kek..”, si Badrun gugup dan malu.

( lama kakek tua itu diam… )

kemudian….
“Ayo, ikut aku…..!!! “, ajak si Kakek sambil berbalik arah.
Si Badrun pun ikut tanpa berkata lagi.

Tak berrapa lama, Tibalah mereka di sebuah gubuk kecil tapi bersih. Lalu si Kakek mempersilakan Badrun duduk dan si Kakek pun duduk berhadapan dengan Badrun.

“hai anak muda, akulah si Balangantrang itu…”

“kenapa kamu ingin menjadi kaya dengan pintas ?”

“Kalau mau kaya harus berusaha dan perlu waktu. Kamu harus sabar. Tidak ada orang yang bisa kaya dengan pintas….”

“Sekarang, pulanglah kembali ke keluargamu. Berusahalah dengan baik dan sabar…” nasihat si Kakek.


Tapi Badrun tetap memaksa agar si kakek mau menolongnya. Apapun resikonya dia mau menanggung.

Maka si Kakekpun dengan berat hati memberikan 3 butir merica hitam dibungkus saputangan putih.
“Jatuhkan satu butir merica ini ke tanah dan katakan keinginanmu maka apa yang kamu katakan akan terwujud di sekelilingmu. Begitu seterusnya sampai tiga keinginan”, ujar si Kakek sambil menyodorkan saputangan putih tadi.

Dengan sangat gembira si Badrun menerimanya. Setelah berterimakasih, Bdrunpun pamit pulang. Ia sudah tidak sabar ingin cepat tiba di rumah, menemui istri tercinta.

BAdrun Tiba di rumah sore hari setelah menempuh dua hari perjalanan berjalan kaki.

Badrun disambut istrinya dengan penuh harap.
Setelah duduk ia berkata pada istrinya.
“Kita berhasil, istriku …Kakek Balangantrang orang yang sangat baik dan bijaksana. Saya di beri benda ini oleh Kakek Balangantrang..”, Badrun mengeluarkan saputangan putih dan meletakannya di atas meja.

“Tapi kamu sabar ya… Aku mau mandi dulu. Jangan dibuka sebelum aku selesai mandi. Nanti kita atur “, Badrun terus ngeloyor ke kamar mandi dan meninggalkan bungkusannya di atas meja ditunggui istrinya.

Si istri sudah tidak sabar lagi menunggu karena Badrun mandinya lama. Istrinya mencoba membuka bungkusan itu dengan tergesa-gesa karena takut ketahuan suami.

Dengan tidak sengaja satu butir merica terjatuhkan oleh istrinya dan sepontan dia berucap “ Eh tongkol !…” Maklum penganten baru…. 🙂

Maka seketika itu pula satu ruangan penuh dengan tongkol.

Si istri bingung dan risih. Mau diapakan tongkol sebanyak ini ?

Di tengah kebingungannya, sang suami, Badrun selesai mandinya dan betapa kagetnya ketika dia ke luar mendapati ruangannya penuh dengan benda aneh. Setelah di selidiki ternyata semuanya tongkol dewasa.“Masya ALLAH… Apakah ini keinginan istri saya ? Masa dia kurang dengan satu saja milik saya ? “ fikir Badrun.

“Mas, ini bagaimana… Saya tadi membukanya lalu jatuh ….Waktu jatuh saya kaget dan ngomong “Eh tongkol !…”. Terus jati begini…”

“Aduuuh !… Makanya kalau kaget itu ngucap yang pantes… Begini deh jadinya “

tapi akhirnya, Mereka tidak terlalu cemas karena masih ada dua butir yang bisa digunakan. Berdasarkan kesepakatan maka diputuskan satu butir untuk menghilangkan tongkol-tongkol yang memenuhi ruangan dan satu butir lagi untuk keinginan kekayaan.

Dimulailah dengan butir ke dua.

“Hilangkan semua tongkolyang ada di sini ! “ seru Badrun sambil menjatuhkan merica ke lantai. Maka ajaib semua tongkol yang ada hilang. Maka legalah mereka. Kini tinggal satu butir lagi membuat mereka bingung mau minta apa.

“Minta uang saja, Mas ! “, seru istri Badrun.

“Jangan, susah menyimpannya. Nanti malah di rampok orang “, Badrun menolak sambil senyum.

“Minta berlian saja ! “, seru istrinya lagi.

“Waah, nanti susah menjualnya “, sergah Badrun.

“Jadi, apa dong, Maaass !… “, istri Badrun tidak sabar.

“ Apa yaa ?… “, Badrun bergumam sambil berjalan-jalan mengitari meja. Perlahan-lahan dia merasa ada yang aneh pada dirinya. Ternyata tongkolnya ikut hilang !

“Waduh cilaka, Jeng !… “ kata Badrun pada istrinya.

“Kenapa Mas ?..” istri Badrun heran.

“Anu…Tongkol saya juga ikut hilang !..”, Badrun cemas.

“Hah ? !…”, istri Badrun tersentak kaget bukan kepalang lalu pingsan. Maklum tongkol kesayangannya sudah hilang.

Setelah sadar dan bisa berunding lagi maka dirundingkanlah apa permintaan selanjutnya. Tetapi kali ini pilihannya sangan berat. Mau kaya tapi suami tidak punya tongkol atau suami punya tongkol tapi tetap miskin seperti dulu. Akhirnya diputuskan biarlah tetap miskin tetapi suami tetap punya tongkol. Maka diputuskanlah untuk minta tongkol satu saja kembali ke Badrun.

“Minta tongkol suamiku kembali ! ..” kali ini istri Badrun yang meminta sambil menjatuhkan butir merica terakhir.

Maka dengan ajaib kembalilah tongkol suaminya.

Tapi sayang, tempatnya salah… Dia tidak menempel di tempat semula tetapi menempel di kening.

hik..hik…

Ya, terpaksa dech celana Badrun pindah ke kepala.


2 Respon untuk “Tongkol”

  1. Habis kemauannya aneh-aneh sih…
    pas kehilangan “TONGKOL” sungguhannya baru deh bingung.
    kalo udah terlanjur nempel susah juga khan pakainya,he…he…;-)

  2. Kenapa Tongkol Dan Sejumlah Pertanyaan Tongkol-Tongkol lainnya « Mas Kopdang :

    […] cerita Sonny Hidayat tentang Tongkol dengan pengertian dan pengalaman yang […]

Tinggalkan pesan/komentar